Tutup
Sekapur Sirih

Belajar Ilmu Kehidupan dari Lebah

1
×

Belajar Ilmu Kehidupan dari Lebah

Sebarkan artikel ini
Belajar Ilmu Kehidupan dari Lebah

Belajar Ilmu Kehidupan dari Lebah

Kabarnusa24.com, —

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ مَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Hadirin jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah subhanahu wata‘ala!

Pada kesempatan kali ini marilah kita kaji bersama ilmu kehidupan dari lebah yang terdapat dalam hadits Rasulullah.

Hadits lebah ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, hadits nomor 5767, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر وَلَمْ تُفْسِد.

“Manusia mukmin adalah laksana lebah madu. Jika dia makan, hanya memakan makanan yang baik; jika mengeluarkan sesuatu adalah sesuatu yang baik pula; dan bila hinggap di atas ranting pohon, tidak mematahkannya dan merusaknya.”

Pertama: Hanya Mengonsumsi yang Halal dan Thayyib

Ilmu kehidupan dari lebah yang pertama bisa kita pelajari adalah persoalan asupan yang masuk ke dalam perut.

Coba perhatikan dengan seksama bagaimana baik dan selektifnya lebah dalam memilih makanannya. Ia hanya mengambil dari bunga yang segar, bersih, dan mekar. Bunga yang tidak dihinggapi lebah lainnya alias tidak merebut hak yang bukan miliknya.

Bukankah hal ini sesuai ajaran agama kita? Bukankah kita diperintahkan untuk hanya mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib?

Bukankah kita juga dilarang untuk menawar barang yang sedang ditawar saudara mukmin yang lain? Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah an-Nahl ayat 114,

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللّٰهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, hadits riwayat Muslim nomor 1515,

لاَ يَسُمِ الْمُسْلِمُ عَلَى سَوْمِ أَخِيهِ

“Janganlah seorang muslim menawar barang yang ditawar oleh muslim yang lain.”

Kedua: Bermanfaat bagi Makhluk Lain

Dalam kehidupannya, lebah menjalankan prinsip “khairun-nâs anfa’uhum lin-nâs”.

Mengapa demikian?

Bukankah lebah tidak hanya mengambil serbuk sari dari bunga yang satu untuk dirinya sendiri, melainkan ia akan memindahkannya kepada bunga yang lain? Bukankah ini jelas bermanfaat bagi bunga lainnya? Sebagaimana juga darinya lebah menghasilkan madu yang merupakan makanan dan obat terbaik?

Seorang muslim hendaknya bisa menyerap ilmu kehidupan dari lebah dalam hal ini.

Dalam bermuamalah, misalnya, fokus kita adalah memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Jangan berbuat sesuatu yang justru merugikan dan mendatangkan bahaya bagi orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dan Ad-Daruqutni. Hadits ini dinilai hasan oleh Syekh al-Albani dalam Shaḥîḥul Jâmi’ no. 3289).

Ketiga: Tidak Merugikan Orang Lain

Coba perhatikan dengan seksama saat lebah hinggap di bunga, bukankah ia lebih sering mengepakkan sayap sambil mengelilingi bunga tersebut?

Mengapa demikian?

Karena lebah tak ingin merusak bunga yang merupakan tempat ia mengambil manfaat. Ia tahu bahwa jika ia tidak mengendalikan berat tubuhnya saat hinggap di atasnya, maka niscaya bunga itu akan gugur alias rusak.

Bagi seorang mukmin di mana pun ia berada, seyogyanya mencontoh kepada lebah. Ia tidak merusak lingkungan. Tidak menyakiti rekan kerja saudara yang lain. Tidak merugikan pihak-pihak yang berada di sampingnya. Tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan dan obsesi pribadi dirinya.

Sebagaimana yang diajarkan dalam al-Quran dan Sunah Rasulnya yang mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah al-Hujurat ayat 10,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, hadits riwayat Muslim no. 2564,

لَا تَحَاسَدُوْا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَاهُنَا—وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ—بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya.

Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain.

Takwa itu di sini—beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”

Demikian tiga poin penting ilmu kehidupan dari lebah yang dapat kita pelajari pada kesempatan kali ini. Mari kita teladani. Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita semua dalam menjalani kehidupan ini.

 

Pemateri Kultum Ramadhan 1445 H ditulis oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

(Sumber: Kultum Ramadhan dakwah.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *