Tutup
Sekapur Sirih

Muhasabah Akhir Ramadhan

1
×

Muhasabah Akhir Ramadhan

Sebarkan artikel ini
Muhasabah Akhir Ramadhan

Muhasabah Akhir Ramadhan

Kabarnusa24.com,-

اَلْحَمْدُ لِلهِ سَرِيْعُ الْحِسَابِ وَمُجْزِىُّ الثَّوَابِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ خَيْرُ الْعِبَادِ اَلْمَبْعُوْثُ بِالْحِكْمَةِ وَالْكِتَابِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأُمَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الْمِيْعَادِ

Hadirin jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah!

Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu berkata,

حَاسِبُوا ‌أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا

“Hisablah diri kalian sebelum nanti kalian dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum nanti ditimbang!”

Perkataan Umar bin Khatthab yang sangat masyhur tentang urgensi muhasabah ini diabadikan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya, jilid 7 halaman 96.

Sebuah nasihat berharga yang harus kita arahkan tepat ke diri kita masing-masing terutama di hari-hari ke depan. Di sisa-sisa bulan penuh keberkahan dan kebaikan. Tamu agung yang dalam hitungan jari akan meninggalkan kita semua.

Oleh karena itu, pada kesempatan tarawih kali ini, marilah kita bersama-sama kita muhasabah akhir Ramadhan dengan beberapa pertanyaan berikut.

Apakah puasa kita yang telah lewat sudah sesuai dengan apa yang dicontohkan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam? Atau masih kurang, bahkan masih jauh dari kata maksimal dan penuh kesungguhan?

Apakah kita telah menjaga seluruh anggota tubuh kita dari berbuat dosa dan kesalahan? Atau masih saja mengeluarkan kata-kata dusta dan menyinggung perasaan? Masih juga membicarakan aib dan khilaf saudara seiman? Masihkah terucap kata-kata penuh umpatan, celaan, dan hinaan

Apakah semua shalat yang telah kita laksanakan penuh kekhusyukan dan kesungguhan? Atau masih sekadar melaksanakan kewajiban? Sudahkah kita dapatkan takbiratulihram setiap kali shalat bersama imam? Sudahkah kita tekuni shalat-shalat sunah penambal kekurangan?

Sudah berapa lembaran al-Quran yang telah kita khatamkan? Sudah berapa ayat yang telah kita baca dan dengarkan? Seberapa betah kita memandang firman-Nya? Seberapa lama kita bercengkerama bersamanya? Seberapa besar penghayatan kita terhadapnya? Seberapa dalam pesan-pesannya masuk ke relung jiwa dan hati kita? Pernahkah kita menangis saat membacanya?

Berapa doa yang telah kita panjatkan di tiga waktu terbaik selama beberapa hari Ramadhan ke belakang? Saat sujud, berbuka, dan sahur. Apakah masih ada yang terlewatkan?

Seberapa sering lisan ini menyebut Asma dan Sifat-Nya? Seberapa banyak shalawat yang kita haturkan kepada junjungan Alam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?

Sudahkah bersilaturahmi dan berkhidmat kepada orang tua dan sanak keluarga? Adakah hak-hak mereka yang belum ditunaikan? Atau masihkah menyimpan marah dan kesal sehingga masih belum mau berjumpa dan saling memaafkan?

Sudah berapa rupiah yang telah disedekahkan? Bukankah sebaik-baik sedekah adalah di bulan Ramadhan? Adakah barang satu biji kurma kita sedekahkan bagi mereka yang berbuka puasa?

Apakah masih terasa berat untuk membelanjakan harta di jalan kebaikan? Bukankah sedekah itulah yang nanti akan menaungi kita dari panasnya padang mahsyar?

Apakah ada perubahan yang kita rasakan dalam diri saat ini dengan sebelum datangnya Ramadhan? Apakah merasakan bertambahnya iman dan ketaatan?

Sudahkah menjauhi dan meninggalkan semua kemaksiatan dan kedurhakaan? Sudah berapa tetes air mata yang kita keluarkan karena takut azab yang tertahankan?

Seberapa besar keseriusan kita dalam mendidik istri dan anak dalam kebaikan? Adakah waktu yang kita sisihkan untuk mengajarkan mereka al-Quran? Sudahkah kita bangunan mereka untuk sama-sama bermunajat kepada Tuhan dalam gelapnya malam?

Apakah pergaulan kita dengan anak dan istri telah dihiasi dengan penuh kelembutan?

Adakah kebaikan yang telah dirasakan oleh tetangga dan kawan-kawan? Atau sebaliknya, apakah masih terucap dari lisan dan tindakan yang terasa sangat menyakitkan dan menyinggung perasaan?

Apakah semua tugas dunia telah dilaksanakan dengan penuh pertanggungjawaban? Adakah amanah yang belum dituntaskan? Apakah telah kita jalankan dengan baik semua akad dan kontrak perjanjian?

Apabila jawaban dari semua pertanyaan itu masih jauh dari kata memuaskan dan kesungguhan, maka marilah kita renungkan sejenak perumpamaan berikut.

Dalam sebuah pertandingan pacuan kuda, seringnya kuda yang menang adalah yang paling kencang larinya di lintasan terakhir. Setiap joki kuda yang mengikuti pacuan tersebut, akan mengerahkan segenap tenaganya di putaran terakhir agar bisa keluar sebagai juara. Setiap detiknya tidak boleh terlewat, kecuali dengan mencurahkan hasil yang maksimal.

Perumpamaan tersebut relevan dengan kondisi kita di penghujung Ramadhan ini. Maka janganlah kita kalah cerdas dari kuda pacu. Sudah selayaknya kita sebagai seorang mukmin berusaha lebih maksimal di kesempatan terakhir.

Sebab amal perbuatan itu bergantung pada proses akhirnya, bukan hanya proses di awal maupun di pertengahan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6233)

Pada kesempatan muhasabah akhir Ramadhan yang penuh keberkahan ini, semoga Allah subhanahu wata’ala masih memberi kita kesempatan untuk mengakhirinya dengan akhir yang terbaik.

Mari kerahkan segenap kekuatan, daya, dan upaya untuk mencapai garis finis dari Ramadhan ini dengan amal ibadah terbaik. Agar kita meraih husnulkhatimah di setiap amal ibadah demi menggapai mardatillah.

Demikian materi kultum Ramadhan tentang muhasabah akhir Ramadhan. Semoga Allah menganugerahkan kita taufik dan ‘inayah-Nya untuk bisa memaksimalkan waktu-waktu terakhir Ramadhan dalam kebaikan dan keberkahan. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

 

Pemateri Kultum Ramadhan 1445 H oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

Sumber: Materi Kultum Ramadhan dakkwah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *