SUMEDANG – Menurut sang Pemerhati Budaya dari Daerah Sumedang Jawa Barat Yang disapa Akrabnya Kang Bagus alias Bagas, saat disambangi di bascame tempat dia merenung dan membantu warga masyarakat yang nun jauh terpencil dan tidak tersentuh oleh masyarakat kebanyakan.
Bila kita mau ke Kota Sumedang dan pergi ke sebelah timur dari kota sumedang, di situ ada Situs Batununggul, jaraknya 26,6 Km dari pusat kota Sumedang, dan sekira 2 Km dari kota Kecamatan Darmaraja.
Keberadaanya masuk ke sebelah Utara dari kota Kec. Darmaraja tepatnya di pinggir Waduk Jatigede di Dusun Durung Desa Sukaratu Kec. Darmaraja yang hanya ditempuh beberapa menit saja dari kota Kecamatan darmaraja.
Situs yang dilindungi oleh UU RI no 11 th 2010 tentang cagar budaya itu, sudah menjadi bagian dari daerah genangan waduk Jatigede. Namun, keberadaannya saat ini sudah tidak lagi diperhatikan pemerintah. Karena mungkin sudah bagian daripada genangan waduk Jatigede sebagai proyek strategis nasional (PSN). Padahal, di situs tersebut ada beberapa makam yang muncul yang tidak kena genangan air bendungan Jatigede.
Makan-makam tersebut baru ditemukan lagi, dan ada beberapa makam yang merupakan seorang tokoh agama sebagai penyebar agama Islam di daerah itu. Yang diketahui menurut Ibu Ecin sebagai Jupel (juru pelihara) namanya itu adalah, Eyang Deudeul.
Makam tersebut masih bertuliskan aksara Sunda, dalam nisan nya tertulis tahun 1277, disamping kiri dan kanannya pun masih ada beberapa makam juga yang tertulis pada tahun 1271 dan 1856 dengan aksara sundanya. Jadi jelas, makam tersebut keberadaannya sudah ratusan tahun silam yang ada di masa-masa kerajaan Sumedang masa lalu.
Keberadaan makam-makam tersebut saat ini masih terpelihara berkat Ibu Ecin Kuraesin yang dinobatkan sebagai juru pelihara oleh masyarakat disana.
Sehingga keberadaannya, mulai masuk ke lokasi Situs Batununggul sampai ke area pemakaman Eyang Deudeul itu bisa terpelihara bersih dan enak untuk dijadikan wisata ziarah sebagai wisata religi.
“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah kabupaten Sumedang maupun dari pemerintah provinsi Jabar”, ungkap Ecin Kuraesin sebagai juru pelihara makam itu kepada wartawan saat di konfirmasi di Desa Sukaratu, Senin (22/4/24).
Ditempat yang sama, Bagas Kusumah selaku pemerhati budaya Sumedang, menambahkan, adanya situs yang masih terpelihara berkat ke tulusan Ibu Ecin itu, bisa menjadi penunjang atas kehadirannya Eko wisata bendungan Jatigede sebagai daya tarik para wisatawan.
“Padahal, kalau situs itu masih diperhatikan oleh pemerintah untuk dilestarikan, bisa menjadi daya tarik wisata yang dapat menunjang perekonomian masyarakat. Selain bendungan wisata Jatigede,” katanya.
Lebih lanjut, Bagas, sangat berharap masih ada perhatian pemerintah. Baik pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat dalam rangka melestarikan cagar budaya sesuai Undang-undang RI No 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
“Cagar budaya ini saya yakin belum tercatat dalam catatan pemerintah. Untuk itu, layak untuk diperhatikan dan dilestarikan keberadaannya,” imbuhnya.
Ditambahkan, Bagas, berharap kepada para ahli, baik dari pakar sejarah, arkeolog agar segera memperhatikan dan mencatat sebagai salah satu benda cagar budaya ditingkat kabupaten, tingkat provinsi, sampai ke tingkat nasional. Dan ini bisa menunjang menjadi wisata religi bendungan Jatigede. Karena, di bendungan Jatigede ini banyak situs-situs peninggalan kerajaan-kerajaan dimasa lalu.
“Sampai hari ini mereka sudah tenggelam. Sehingga kami memiliki klu, ‘disini aku lahir, disini aku tenggelam’, itulah klu yang kami miliki saat ini,”
“Karena dulu disini ada makam peninggalan raja pertama Sumedang, yaitu, Eyang Aji Putih dan banyak lagi leluhur-leluhur Sumedang lainnya yang belum ditemukan. Yang otomatis sejarah ini hilang.
“Nah satu-satunya yang sangat berpotensi adalah ini. ”
Dan saya berharap semua bersatu bergandeng
tangan mengemas suatu kawasan menjadi sentra perekonomian. Namun, jangan melupakan sejarah (Jas Merah),” pungkasnya.
(RED)**