Tutup
NasionalTNI - POLRI

Gajah Mada Wariskan Bhayangkara, Untuk Melindungi dan Melayani Rakyat Nusantara

4
×

Gajah Mada Wariskan Bhayangkara, Untuk Melindungi dan Melayani Rakyat Nusantara

Sebarkan artikel ini
Gajah Mada Wariskan Bhayangkara, Untuk Melindungi dan Melayani Rakyat Nusantara
Ilustrasi Gambar Gajah Mada, (Foto: Istimewa).

Gajah Mada Wariskan Bhayangkara, Untuk Melindungi dan Melayani Rakyat Nusantara


Jakarta, kabarnusa24.com – Sang Bhayangkara Nusantara. Rekian Mahapatih Gajahmada. sorot matanya tajam, dengan sedikit tarikan dagu menebar senyum kearah para Wartawan yang tiba-tiba mengerumuni nya dari depan dan sebagian besar membuntuti dari belakang.Pada undakan kedua Ia berhenti sejenak, sembari mengibaskan debu yang masih menempel di sebagian busana yamg dikenakan.

Sang Bhayangkara Nusantara itu membalikan diri, kini berhadapan dengan para wartawan yang membuntuti dari belakang. Tangan kiri menahan juntai selendang sementara tangan kanannya mengelus dagu yang di tumbuhi sedikit rambut. Ia pun berujar.

“Di pagi yang cerah, sang surya dengan iklas menebar enerji kepada siapapun yang membutuhkan.

Adakah yang menarik kehadiran ku di sini….” Kembali menebar senyum.

Seorang jurnalis paru baya, tiba tiba menyeruak kedepan dan menempatkan diri berhadapan dengan Rekian Gajahmada. “Maaf saya harus panggil apa kepada bapak Mahapati.” Hening sejenak.

“Baik..dalam buku sejarah yang kalian pelajari, namaku tertulis Rekian Mahapati Gajahmada Bhayangkara Nusantara, pelindung dan pengayom. Kalian boleh menyapa aku dengan panggilan yang bermakna baik…” sontak kilatan ratusan cahaya Bliz dari juru kamera menggeruduk Mahapati Gajahmada.

“Bagaimana kalau kami panggil bapak dengan panggilan Mahapati…” yah memang aku Pati Majapahit’’. “Pati sebagai akronim, dalam pengertian Perwira Tinggi Majapahit kah”, sela seorang wartawati. “ ah..itu bisa bisa kalian saja.. “ Mahapati Gajahmada kembali menuruni satu undakan sehingga ia dapat berdiri dan sangat dekat dengan wartawan. “..Patih besok tanggal satu juli yang merupakan hari ulang tahun Polri, apakah patih mendapat undangan untuk menghadiri upacara disini..” tanya seorang wartawan.

Rekian Maha Pati Gajahmada mengulum senyum, seraya kembali menebar pandangan.Kemudian dengan suara jernih intonasi kuat ia berkata.“Tidak di undang pun aku selalu ada disini, maksudku kehadiranku disini karena kepolisian Republik Indonesia mengidentifikasi diri baik personal maupun kelembagaan, sebagai Bhayangkara Nusantara. dan Bhayangkara Nusantara, adalah aku. menurut para sejarahwan..” baik patih, “adakah yang menarik di 67 tahun polri ini”. Sambung seorang wartawati dengan kenes. Tangkas Maha Patih Gajahmada menjawab, ‘’tema hari Bhayangkara 67’’ tema yang panjang itu. sela seorang wartawan. ‘’ya temanya memang panjang, karena banyak hal yang ingin di sampaikan dan di dicapai sekaigus untuk menunjukan jati diri Polri sesuai motto melindungi dan mengayomi Masyarakat. Karena itu kalimat “dan anti KKN” menjadi mission Sakral bagi Polisi..” tegas Rekian Gajahmada…” artinya jika masih ada di Lembaga Kepolisian yang melakukan KKN maka Polri mustahil bisa menjadi pelindung, pengayom dan penegak Hukum yang di percaya rakyat dan ini menjadi musibah moral” imbuh nya.

Hening sejenak. “ Maha Patih, menurut anda sudahkah Polri menjelma sebagai civil Police, maksud kami dalam bertugas pemolisian tidak militeristik..” Tanya seorang wartawan. Memecah keheningan. Maha Patih Gajahmada mengernyitkan dahi, mata sedikit dipicingkan. Lirih jawabnya “ Yah harus mengarah kesana, maksud ku menjadi polisi yang humanis, melayani, mengayomi. Walau untuk kantor nya masih menggunakan termilogi Markas, dengan bangunan yang tidak menunjukan wajah ramah dan arsitekturnya terkesan militeristik….” Sebaiknya bagaimana maha Patih. Tukas seorang wartawan “ yah, seharusnya mirip kantor penyelenggara pemerintahan, sesuai jenjangnya..”

Wartawan paruh baya yang sejak pertama kali menyapa maha Patih Gajamada, diam tertegun, pikiran jauh menerawang ke depan. Memikirkan tugas Polri Melayani Dengan Prima dalam menjawab perubahan yang begitu cepat dan globalisasi yang bakal mempengaruhi seluruh sisi kehidupan masyarakat dan berbangsa. Misalnya pada persoalan Hukum, Kriminalitas dan persaingan ekonomi dalam berbagai bentuknya. Sementara rasio pelayanan Polri terhadap masyarakat masih belum sampai pada standar rasio yang ideal.

Disisi lain, di dalam internal Polri terdapat ketidak seimbangan antara komposisi personel dengan struktur jabatan. Sehingga berdampak pada penumpukan jumlah perwira Polri yang tidak tertampung dalam jabatan structural/fungsional. Kondisi ini akan ber implikasi terjadinya penambahan personel dari tahun ketahun yang tidak menduduki jabatan. Pada akhirnya akan menurunkan motivasi kerja.

Maha Patih Gajahmada menuruni undakan terakhir. Dengan langkah seorang perwira, ia berjalan mendekati wartawan paru baya dan memegang pundaknya sembari melakukan tepukan lembut. Lirih berkata namun jelas terdengar dengan logat Sumatra “..aku dapat membaca pikiran anda, sama dengan apa yang sedang ku pikirkan. Untuk menjawab kompleksitas persoalan Bangsa kedepan. Polri melayani dengan Prima, saat ini memang cukup itu. Tapi paska Grand Strategi Polri 2025 percepatan tekhnologi informasi dan komunikasi serta pengglobalan semua sisi kehidupan politik, hukum, ekonomi, keamanan dan budaya. Merupakan persoalan yang harus menjadi perhatian Polri ke depan, untuk dapat menjawab persoalan tersebut.

Polri dan personel Polisi harus juga Study Orientad. Dengan demikian Polisi sebagai Bhayangkara Nusantara mempunyai Kapasitas dan kompentensi Ekonomi Dalam berbagai divinisinya, Hukum dan kriminologi….” Maha Patih Gajahmada menepuk untuk kali terahir. Lalu membalikan badan, dengan langkah tegap tangan kiri masih menahan juntai selendang (semacam sorban) tangan kanan layak ber tabik dengan telapak tangan terbuka diatas alismata berjalan meninggalkan kerumunan para jurnalis. Kembali menaiki undakan Mabes Polri untuk menemui Kapolri…

Sayup tembang Ilir-ilir tandure wusumilir… disertai getar telpon genggam dari saku jaket lusuh yang selalu melekat dibadan, mengagetkan aku dan maha Patih Gajamada pun menghilang. Dari jendela bis yang menjadi tumpanganku Jakarta garut sepekan Dua kali tampak papan informasi jalan menunjukan angka KM 67 jalan tol Cipularang.***

Sumber :
(KH. Ir Ronggosutrisno T)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *