RASULULLAH SAW DAN GADIS YATIM KECIL
Bekasi – kabarnusa24.com Anak yatim, Terkadang orang-orang menganggap mereka sebelah mata.
Padahal mereka adalah orang-orang tangguh.
Mereka mampu bertahan ketika mereka tak memiliki orang tua sebagai tempat sandaran mereka.
Dan semestinya kitalah yang menyemangati mereka, menguatkan mereka ketika lemah.
Rasulullah SAW bersabda :
أنا و كافل اليتيم المسلم كهاتين في الجنة و جمع بين أصبعيه
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga (berdampingan) rapat, seperti kedua jari ini.” (seraya menunjukkan jari telunjuk dan tengah)
Jika orang yang memelihara anak yatim saja mendapatkan posisi yang begitu dekat dengan Rasulullah, lalu bagaimana dengan anak yatim itu sendiri?
Dan diriwayatkan dalam hadits lain:
من مسح رأس يتيم رحمة كتب الله له بكل شعرة مرت عليها يده حسنة و محا عنه بكل شعرة سيئة و رفع بكل شعرة درجة
“Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim disertai kasih sayang kepadanya, pasti Allah SWT akan membalas setiap rambut yang diusap dengan satu kebaikan dan menghapus satu keburukan dan mengangkatnya satu derajat.”
Begitu banyak keutamaan dari memuliakan anak yatim yang tak mungkin disebut satu persatu.
Andaikan mereka yang meremehkan anak yatim mengetahui itu semua, pastilah mereka akan berbondong-bondong mengumpulkan anak yatim untuk dimuliakan.
Ada sebuah kisah di hari raya Idul Fitri bersama Rasulullah SAW.
Ketika itu seluruh kalangan muslimin dan muslimah sedang berbahagia, begitupun dengan anak-anak kecil.
Mereka tertawa sambil berlarian kesana-kemari menggunakan baju barunya.
Rasulullah yang melihat itu pun begitu bahagia.
Namun tiba-tiba, beliau melihat seorang gadis kecil sedang duduk menangis, ia memakai pakaian tambal-tambalan.
Rasulullah yang melihat itu pun bergegas menghampirinya.
Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis.
Rasulullah kemudian meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil itu seraya berkata,
“Anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?” Gadis itu terkejut bukan kepalang.
Tanpa berani mengangkat kepalanya, perlahan-lahan ia menjawab, “Pada hari raya ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang gembiranya.
Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersama ayahku, ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru, aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah membela islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi..”
Setelah Rasulullah mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang, beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata,
“Anakku, hapuslah air matamu, angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu… Maukah kamu jika Rasulullah menjadi ayahmu, Fatimah menjadi kakakmu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu? Dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang tawaranku ini?”
Begitu mendengar kata-kata itu, gadis yatim kecil itu langsung berhenti menangis. Ia sangat tertarik pada tawaran Rasulullah itu, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah kata pun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya.
Gadis kecil itu pun menggandeng tangan Rasulullah menuju rumah Rasul dengan hati yang penuh kebahagiaan.
Sesampainya di rumah, Sayyidah Aisyah memandikan anak itu dan memakaikannya gaun yang indah. Ia pun diberikan makanan dan uang hari raya.
Lalu gadis itu bermain dengan anak-anak lainnya.
Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun indah yang wajahnya berseri-seri itu. Sambil keheranan mereka bertanya, “Hai gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa sekarang kamu terlihat sangat gembira?”
Sambil bangga dengan gaun barunya, gadis kecil itu berkata, “Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini tidak ada yang bisa menandinginya! Aku juga kini memiliki seorang ibu, paman, kakak dan adik. Aku merasa sangat bahagia. Ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia ini beserta isinya.”
Begitu memuliakannya Rasulullah pada seorang anak yatim!
Mereka telah memiliki posisi khusus di hati Rasulullah SAW.
Lalu siapakah kita jika berani mengucilkan bahkan menyakiti mereka?
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh ‘arsy berguncang karena tangisnya anak yatim ketika dipukul.”
Dan Allah SWT berfirman, “Wahai malaikat-Ku, siapa manusia yang menyakiti (membuat menangis) anak yang ayahnya telah tertanam di bumi?”
Jika kita benar-benar mencintai Rasulullah, maka apapun yang Rasulullah lakukan akan kita ikuti, apalagi hanyalah mengasihi anak yatim….
yt-wa