Religi  

Sifat Sombong Sangat Tercela

Sifat Sombong Sangat Tercela

Sifat Sombong Sangat Tercela

KABARNUSA24.COM,- Sombong, angkuh, besar kepala adalah kata-kata yang mempunyai satu makna, yaitu menganggap dirinya yang lebih tinggi, lebih mulia dari pada yang lainnya.

Sifat sombong sangat tercela dalam agama, begitu pula oleh orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang berbudi luhur, hampir semua orang membencinya. Kenapa?, karena sifat sombong bisa menimbulkan permusuhan dan hilangnya rasa keakraban antara sesama manusia.

Rasulullah ﷺ melarang umatnya berlaku sombong terutama terhadap sesama muslim. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh muslim bersumber dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَجُلَ يَحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak masuk surga orang yang didalam hatinya ada sedikit kecil kesombongan. Lalu ada seorang laki-laki berkata: sesungguhnya ada seseorang yang senang berpakaian bagus dan sandalnya juga bagus”. Beliau lalu bersabda : ”Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindaan. Sedangkan sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang” (HR. muslim)

Dari hadits Rasulullah ﷺ diatas, dapat diambil suatu pelajaran bahwa pintu surga tertutup bagi setiap orang yang dalam hatinya ada sifat kesombongan.

Seseorang tidak bisa dikatakan sombong hanya karena ia suka pakaian yang bagus-bagus saja. Karena arti sombong yang sesungguhnya ialah tidak mau menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain.

Tak masalah seseorang berpakaian bagus, mempunyai kendaraan dan rumah bagus selama dia berakhlak mulia dan tidak menganggap rendah orang yang status sosialnnya di bawah dia.

Macam-macam takabur atau sombong itu ada tiga macam:

Pertama: Takabbur kepada Allah.

Yaitu mengabaikan tidak menghiraukan atau tidak memperdulikan terhadap agama Allah, tidak takut kepada ancaman Allah serta meremehkan dan mengabaikan syariat agamanya. Keadaan demikian telah disinyalir dalam firman Allah ﷻ :

انّ الذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْن

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina” (Ghafir: 60)

Kedua: Takabbur terhadap rasul.

Yaitu enggan dan merasa hina untuk mengikuti petunjuk rasul, tidak sudi mengikuti Nabi Muhammad ﷺ.

Sikap takabbur demikian ini banyak dimiliki kaum Quraisy dimasa Nabi. Sebab mereka sama anggapan bahwa Rasulullah ﷺ anak yatim yang tidak memiliki harta.

Sedangkan kaum Yahudi enggan mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ sebab mereka beranggapan hanya bangsa Yahudi-lah yang berhak menerima kenabian. Namun pada kenyataannya Rasulullah Allah utus dari tengah suku Quraisy, bukan dari kalangan bangsa Yahudi.

Contoh lain orang yang sombong terhadap Rasul adalah mereka yang menganggap bahwa perintah agama sudah usang dan kolot dan tidak modern.

Ketiga: Takabbur terhadap sesama manusia.

Yakni merasah lebih mulia, lebih agung, lebih tinggi,lebih alim, lebih kaya, lebih ganteng, lebih cantik, lebih bahagia, lebih kuat dari orang lain.

Dirinya menganggap remeh dan hina serta menganggap orang lain tidak berharga sama sekali dibanding dirinya sendiri. Ia menjadi gila hormat, gila pujian, tidak suka ditegur, tidak mau menerima pandangan orang lain walaupun pandangan atau nasihat itu benar.

Karena memang takabbur atau sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:

الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Takabbur itu menolak kebenaran dan menghinakan hak-hak manusia” (HR. muslim)

Rasulullah ﷺ dalam kesehariannya mencontohkan kepada kita untuk tidak sombong dan peduli terhadap realitas lingkungan sekitar. Beliau menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, menunggang keledai, mendatangi undangan dari siapapun, dan lain sebagainya.

Allah juga berfirman dalam al-Quran :

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

” … dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)

Untuk menghindari sifat sombong itu kita harus berlaku lunak dalam pergaulan. Sering-seringlah menengok para tetangga terutama yang sering tertimpa kesusahan, ikut mengantarkan jenazah, senang berkumpul dengan orang-orang miskin, suka bertegur sapa dengan sesama umat Islam, ringan kaki mendatangi undangan atau yang lain sebagainya.

Cara-cara demikian ini bisa menghilangkan sifat sombong seseorang. Sebaliknya jikalau kita sering memalingkan diri bila bertemu dengan teman atau kerabat, berpakaian yang mampu melampaui batas kewajaran, enggan mendatangi undangan kerabat, maka yang demikian ini merupakan tanda dari kesombongan.

Perlu kita ketahui, bahwa kesombongan, kecongkakan, membesarkan diri dan merasa paling tinggi, agung dan megah serta membesarkan diri dan merasa paling tinggi, agung dan dan megah serta mulia itu adalah termasuk hal-hal yang membahayakan dan merusak, baik kepada jiwa, akhlak, agama dan lain sebagainya.

Takabbur merupakan salah satu penyakit yang sangat membahayakan, yang oleh karenanya setiap orang wajib berusaha menghilangkan, membasmi dan melenyapkannya.

Dalam kata lain usaha untuk mengobati penyakit takabbur atau sombong itu terletak pada diri kita sendiri.

Caranya adalah dengan memperbaiki hati, menolak segala godaan yang datang dan menghilangkan sebab-sebab yang mendatangkan kesombongan, serta menyadari kedudukannya di hadapan Allah sesosok makhluk yang berasal dari setetes air mani hina dan menjijikkan.

Firman Allah:

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ ◌ خُلِقَ مِن مَّاءٍ دَافِقٍ ◌ يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِ

” Maka hendaknya manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpencar, yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tukang dada perempuan (At-Thariq: 5-7)

Demikian semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.

 

Sumber: Kutipan ulasan Dakwah Materi Khutbah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *