Tiga Hal Membahayakan Umat Islam

Tiga Hal Membahayakan Umat Islam
Ilustrasi

Tiga Hal Membahayakan Umat Islam

Kabarnusa24.com,- Umat Islam diberi gelar oleh Allah sebagai umat terbaik di antara umat yang lain. Gelar istimewa yang berlaku bagi umat Islam saat mereka taat, mengabdi patuh kepada Allah ﷻ, serta mengerjakan hal yang menjadikan mereka pantas mendapatkan gelar Istimewa tersebut. Allah berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Para ulama tafsir, salah satunya at-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan, menjelaskan bahwa umat Islam akan tetap menjadi umat terbaik selama ia memenuhi sayarat yang Allah sebutkan dalam ayat tersebut, yaitu amar ma’ruf, nahi mungkar, dan beriman kepada Allah.

Namun, sebagaimana umat ini menjadi umat terbaik karena melaksanakan perintah Allah ﷻ diatas. Umat Islam juga bisa diberi gelar umat yang buruk, yaitu jika meninggalkan perintah-Nya, terlebih jika mengerjakan hal-hal menjadi larangan baginya.

Sebagaimana disebutkan oleh Sahabat Abu Hurairah, bahwa ada tiga hal sangat berbahaya bagi umat Islam dan dapat menjadikannya terpuruk dalam kehinaan apabila dilakukan, antara lain:

Pertama: Hubbud dunya (cinta dunia).

Cinta dunia dan harta merupakan hal yang paling berbahaya bagi manusia, wa bil khusus bagi umat Islam. Sebab kenapa?, karena cinta dunia dan harta menjadi sebab terhinakannya umat ini dihadapan umat lainnya.

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا . فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ  بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ . فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Dalam hadits ini digambarkan kondisi dimana umat Islam akan terhinakan, sampai diibaratkan layaknya hidangan di atas nampan yang diperebutkan. Lantas, kemudian Rasulullah menjelaskan apa sesungguhnya yang melatarbelakangi ummat Islam di masa itu sehingga menjadi terhina dan kehilangan kemuliaan. Yang tak lain adalah al-wahnu, cinta dunia dan takut mati.

Selanjutnya, cinta dunia sangat berbahaya bagi umat Islam, karena ia merupakan akar dari semua jenis keburukan. Bagaimana tidak, karena harta banyak orang yang rela melakukan apapun untuk mendaptakannya. Sahabat Jundub bin Abdullah berkata:

حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ

“Cinta dunia adalah sumber dari segala kesalahan (keburukan)”

Fenomena yang menyubur saat ini, betapa banyak orang tak berpikir Panjang jika sudah berhadapan dengan uang, halal atau haram semua diterjang. Bahkan tak jarang harus saling serang hanya karena ingin perut kenyang.

Cinta dunia dan harta juga menjadikan manusia tak lagi perduli dengan sesame, asal ia terpuaskan, maka masa bodoh dengan yang lainnya; mencuri, merampok, pesugihan, korupsi, bahkan sampai membuat aturan-aturan yang memuluskan keinginan mereka, namun menyengsarakan yang lainnya, bagi para penguasa. Wal ‘iyadzubillah

Kedua, hubbur ri-yaasah (cinta jabatan).

Para ulama menyebutkan bahwa yang satu ini lebih berbahaya dari yang sebelumnya. Yang mana racun ini memungkinkan untuk semua orang terjangkiti olehnya, baik itu orang biasa bahkan sekalipun seorang ulama. Imam al-Ghazali mengatakan:

حُبُّ الرِّيَاسَةِ وَالجَاهِ مِنْ أَمْرَاضِ القُلُوْبِ وَهُوَ مِنْ أَضَرِّ غَوَائِلِ النَّفْسِ وَبَوَاطِنِ مَكَائِدُهَا يُبْتَلَى بِهِ العُلَمَاءُ وَالعُبَّادُ

“Cinta jabatan dan kedudukan merupakan salah satu penyakit diantara peyakit-penyakit hati, ia diantara perusak jiwa yang paling berbahaya yang bisa menjangkiti ulama maupun hamba biasa”

Adalah cinta jabatan sebab seseorang menolak kebenaran, sebagaimana iblis yang menolak untuk sujud kepada Adam. Tak lain karena kecintaannya kepada kedudukan, sebagaimana fir’aun yang tak mau beriman dengan apa yang Musa serukan, dan sebagaimana para pemuka Quraisy yang menolak untuk berislam. Tak lain karena cintanya mereka terhadap jabatan dan kedudukan.

Akibat lain apabila seseorang telah tergila dengan tahta, menurut Syaikh al-Munajid yaitu ia akan sulit ikhlas dalam beramal, karena sebuah jabatan menuntut pencitraan, yang mana ini mengakibatkan ketika ia beramal akan ditendensikan untuk mencari muka, agar terlihat baik dihadapan.

Kemudian, Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan bahwa cinta jabatan pasti mendatangkan keburukan; baik sebelum jabatan didapatkan yaitu dalam usaha mendapatkannya, maupun setelah didapatkan, yaitu dalam usaha mempertahankannya, yang tak jarang dibaluri dengan kedzaliman.

Hari ini, fenomena ini seakan menjamur, betapa banyak orang yang ingin jabatan, melakukan cara yang tidak diperbolehkan; mulai dari obral janji, suap, menjatuhkan lawan politik, bahkan tak perduli rakyat dengan tetap melakukan pemilu meski ditengah pandemi.

Dan yang ketiga dari tiga hal yang paling berbahaya bagi umat ini yaitu:

Ketiga: ityanu baabi sulthan (mendatangi pintu penguasa).

Mendatangi pintu penguasa atau mendekati para pemilik kuasa adalah sebab datangnya fitnah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang tinggal di pedalaman maka wataknya akan keras, barangsiapa yang sibuk dengan perburuan maka dia akan lalai (dari banyak ibadah) dan barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa maka dia akan terkena fitnah”. (HR Tirmidzi dan beliau berkata hadits hasan gharib)

Sahabat Hudzaifah bin Yaman mengamini dan se-iya sekata dengan sabda petuah Rasul diatas, ia pun berkata, “Hindarilah oleh kalian pintu-pintu fitnah”. Saat itu ada yang bertanya, “Apakah pintu-pintu fitnah tersebut?” Beliau menjawab, “Yaitu pintu-pintu penguasa”. Salah seorang dari kalian mendatangi penguasa kemudian membenarkan kedustaannya dan berkata tentang hal-hal yang tidak ada pada diri penguasa tersebut.” (Lihat: Al Adab Asy Syariyyah 3/459)

Maka, cukuplah sabda Nabi ﷺ dan atsar Hudzaifah bin Yaman tersebut peringatan bagi kita untuk menjaga kehati-hatian dalam mendekati pintu-pintu penguasa. Terlebih jika penguasa yang didekati adalah penguasa zalim. Tentunya berbeda penyikapan antara penguasa zalim dan penguasa adil. Penguasa adil berhak mendapatkan pertolongan dan bantuan, sebagaimana yang dilakukan Urwah bin Zubair kepada Umar bin Abdul Azis. Sementara terhadap penguasa zalim para salaf menjauh dari pintu-pintu mereka karena takut tertimpa fitnah.

Telebih lagi bagi para ulama, Ibnu Muflih dalam Al Adab Asy Syariyyah menukil dari Said bin Musayyab, beliau berkata “Jika engkau melihat seorang alim mengelilingi penguasa, maka hati-hatilah terhadapnya karena dia adalah seorang pencuri.”
Wallahu a’lam.

Itulah tiga diantara hal yang sangat berbahaya dan dapat menjatuhkan umat Islam dalam kehinaan. Semoga Allah senantiasa memberikan kepada kita kemudahan untuk dapat menjahui ketika perkara diatas.

 

Sumber: Kutipan Ulasan materi Dakwah khutbah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *