Tutup
Sekapur Sirih

Sedekah Bisa Merubah Takdir Buruk Menjadi Takdir Baik

5
×

Sedekah Bisa Merubah Takdir Buruk Menjadi Takdir Baik

Sebarkan artikel ini
Sedekah Bisa Merubah Takdir Buruk Menjadi Takdir Baik

Sedekah Bisa Merubah Takdir Buruk Menjadi Takdir Baik

Kabarnusa24.com,- Bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah, Ayat 261 :

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2] : 261)

Dalam Kitab Tafsir Midadurrahman Volume II, Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 261, Dikisahkan bahwa Di zaman Nabi Musa Alaihis Salam, ada sepasang suami istri yang hidup dengan penuh kemiskinan namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Suatu ketika, tatkala mereka beristirahat, sang istri bertanya kepada suaminya:
“Wahai suamiku, bukankah Nabi Musa adalah seorang Nabi yang bisa berbicara dengan Tuhannya (Allah)..?”

Lalu sang suami menjawab :
“Ya, benar.”

Sang istri berkata lagi:
“Kenapa kita tidak pergi saja kepada-nya untuk mengadukan kondisi kita yang penuh dengan kemiskinan dan memintanya agar ia berbicara kepada Rabb-nya, agar Dia menganugerahkan kepada kita kekayaan ?”

Akhirnya mereka mengadukan kemiskinannya itu kepada Nabi Musa Alaihis Salam.

Lalu Nabi Musa bermunajat menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menyampaikan keadaan keluarga tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun berfirman kepada Nabi Musa:

“Wahai Musa, katakanlah kepada mereka, aku akan memberikan kepada mereka kekayaan, tetapi kekayaan itu aku berikan hanya satu tahun, dan setelah satu tahun, akan aku kembalikan mereka menjadi orang miskin kembali.”

Lalu Nabi Musa menyampaikan kepada mereka bahwasanya Allah telah Mengabulkan permohonan mereka, dengan syarat kekayaan itu hanya satu tahun lamanya.

Mereka menerima kabar tersebut dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Beberapa hari kemudian datanglah rizqi yang melimpah dari jalan yang tak diketahui darimana arahnya.
Dan merekapun menjadi orang terkaya pada saat itu.

Keadaan mereka pun berubah dengan kekayaan yang berlimpah.

Lalu sang istri berkata kepada suaminya:

“Wahai suamiku, selama setahun ini kita akan memberi makan orang-orang miskin dan menyantuni anak-anak yatim mumpung kita masih punya kesempatan, karena setelah setahun kita akan kembali miskin.”

Sang suami menjawab:

“Baiklah, kita akan menggunakan harta ini untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya.”

Kemudian mereka membantu orang-orang yang membutuhkan, dan membangun tempat-tempat singgah para Musafir, serta menyediakan makan gratis bagi orang yang membutuhkan.

Setelah satu tahun berlalu, mereka masih tetap sibuk menyediakan makanan sampai mereka lupa bahwasanya sudah setahun lebih mereka menjadi orang kaya dan mereka lupa bahwa akan kembali menjadi orang miskin.

Nabi Musa pun heran melihat keadaan mereka yang tetap kaya.
Kemudian Nabi Musa bertanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Ya Rabb, bukankah Engkau berjanji memberikan mereka kekayaan hanya satu tahun saja, kemudian setelah itu Engkau akan kembalikan mereka pada kemiskinan seperti semula?”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun berfirman:

“Wahai Musa, Aku telah membuka satu pintu rizqi kepada mereka, tetapi mereka membuka beberapa pintu rizki untuk hamba-hamba Ku.”

“Wahai Musa, maka Aku titipkan lebih lama kekayaan itu pada mereka.”

“Wahai Musa, Aku sangat malu jikalau ada hamba-Ku yang lebih mulia dan lebih pemurah daripada Aku.”

Nabi Musa menjawab:

سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك

“Maha Suci Engkau Ya Allah, betapa Maha Mulia urusan-Mu dan Maha Tinggi kedudukan-Mu.”

Jangan tanyakan nikmat mana lagi yang belum kita dapatkan, tapi tanyalah, nikmat mana lagi yang belum kita syukuri dan belum kita sedekahkan.

Kita sering lupa bahwa nikmat dan anugerah Allah itu hanyalah titipan yang bisa diambil oleh-Nya kapan saja Dia mau mengambilnya.

(Referensi: Kitab Tafsir Midadurrahman, Volume 2, Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 261)

Oleh: Sayyid Abdul Kodir Jaelani – Bekasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *