Dalam sambutannya, Bey menyambut baik Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI). Menurutnya, kurikulum Sekolah Jurnalisme Indonesia dapat mendorong lahirnya jurnalis-jurnalis berkelas dan berintegritas.
“Kita berharap dari kelas ini akan lahir jurnalis-jurnalis yang berintegritas dan multitasking. Multitasking ini sangat perlu. Jadi kalau zaman sekarang tidak hanya menulis, harus bisa foto, video, sudah menjadi kewajiban,” ucap Bey.
Bey juga menuturkan, para jurnalis harus mengembangkan kapasitas dan kapabilitas di era digital. Tidak hanya dalam hal tulis-menulis, tetapi juga menghadirkan produk visual, seperti foto dan video.
“Tulisan itu baru laku (banyak pembaca) kalau ada foto menarik, baru orang baca keterangannya,” tuturnya.
Sementara itu, Nadiem Makarim mengatakan bahwa jurnalis memiliki peran sebagai pendidik masyarakat. Karenanya, ia mengajak dan mendukung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk ikut menyukseskan program praktisi mengajar.
“Saya yakin sekali rekan-rekan peserta SJI ini para wartawan muda yang penuh integritas dan tanggung jawab. Ini siap menjadi pendidik masyarakat, itu mungkin peran yang harus berubah,” katanya.
“Harus merasa misinya jurnalis adalah untuk mendidik masyarakat, jurnalis itu sama pentingnya dengan guru. Malah dampaknya bisa lebih besar lagi karena satu artikel bisa dibaca jutaan mahasiswa, masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Sekolah Jurnalisme Indonesia kali ini diikuti sekitar 40 jurnalis profesional dari berbagai wilayah di Jabar, dengan mengusung tema Jurnalis Berintegritas, Berpikir Kritis, dan Multitasking.
(HUMAS JABAR Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jabar, Ikah Mardiah)