Tutup
Religi

KAMI BERSAMA KALIAN WAHAI MUSLIM PALESTINA

2
×

KAMI BERSAMA KALIAN WAHAI MUSLIM PALESTINA

Sebarkan artikel ini
KAMI BERSAMA KALIAN WAHAI MUSLIM PALESTINA
Warga palestina berupaya mengeluarkan korban dari bawah reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan israel (foto gogel)

KAMI BERSAMA KALIAN WAHAI MUSLIM PALESTINA

KABARNUSA24.COM,- Hingga hari ini, kabar duka masih menyelimuti kaum muslimin Palestina yang tentu juga menjadi luka bagi kita. Di Jalur Gaza tercatat sudah lebih dari 2.670 korban jiwa meninggal dunia dan 9.600 orang mengalami luka-luka. Angka itu, tentu semakin bertambah seiring dengan bertambahnya hari.

Kekejaman dan kekejian tentara Yahudi yang membantai ribuan anak-anak kaum muslimin terlihat begitu jelas dan nyata bagi mereka yang masih memiliki nurani. Terkini, beberapa hari lalu, tentara Zionis Yahudi dengan sangat brutal membombardir Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza. Mereka menjatuhkan rudal kepada kaum muslimin yang sedang mendapat perawatan di rumah sakit.

Tidak hanya itu, mereka bahkan menuduh tentara Jihad Islam yang tengah berjuang membantu rakyat Palestina sebagai pelaku pengeboman yang mereka lakukan. Lempar batu, sembunyi tangan. Begitu kira-kira peribahasa yang berlaku bagi Yahudi Zionis.

Sungguh, manusia macam apa yang tega membunuh rakyat tak bersalah kemudian menuduh pihak lain dan mengatakan bahwa itu bukan perbuatannya? Rumah Sakit dibombardir, gedung-gedung tempat tinggal warga diluluh lantahkan, pasokan air, listrik, gas, makanan, dan obat-obatan disabotase oleh makhluk-makhluk keji tersebut.

Ini adalah sebuah genosida, pembunuhan besar-besaran secara berencana yang dilakukan oleh Yahudi Zionis terhadap bangsa Palestina. Israel adalah penjajah negeri kaum Muslimin dan hari ini saudara-saudara muslim kita sedang berjuang melawan penjajahan.

Kaum Beriman adalah Saudara

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah ﷻ tentu kejadian yang menimpa masyarakat Palestina tidak bisa untuk tidak kita perhatikan. Sudah sewajarnya bagi kaum muslimin peduli dan bersimpati kepada mereka. Sebab, seseorang beriman kepada Allah ﷻ sejatinya telah menjadi saudara dalam iman dan sudah barang tentu kepedulian terhadap sesama saudara itu harus ditampakkan.

Allah ﷻ berfirman di dalam surat Al-Hujurat ayat 10

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, seorang pakar tafsir abad 14 H menulis dalam kitab tafsirnya bahwa ayat tersebut adalah perjanjian yang ditunaikan Allah di antara orang-orang beriman. Siapapun dia, baik tinggal di belahan timur bumi maupun barat, apabila beriman kepada Allah ﷻ, Malaikat, Kitab-kitab, Nabi dan Rasul-Nya, serta beriman kepada Hari Akhir, maka dia adalah saudara bagi orang beriman yang lainnya.

Oleh sebab itu, setiap mukmin diharuskan untuk mencintai dan menyayangi mukmin yang lain sebagaimana dia mencintai dan menyayangi dirinya sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda,

 لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ، حتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ ما يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)

Pada hadits tersebut, Rasulullah ﷺ telah menjelaskan bahwa keimanan seseorang tidak sempurna jika dia belum mencintai saudaranya. Kesempurnaan iman akan bisa tercapai apabila kita mampu untuk memposisikan saudara seiman seperti diri kita sendiri.

Jika kita menginginkan kebaikan, maka usahakan kebaikan itu juga dirasakan saudara kita. Apabila kita tidak menyukai sebuah keburukan menimpa diri, maka usahakan hal tersebut juga tidak menimpa saudara kita. Seperti itulah makna persaudaraan dalam iman.

Maka, penderitaan kaum muslimin di Negeri Palestina sejatinya adalah penderitaan kaum muslimin di seluruh dunia. Meski terpisah jarak, akan tetapi keimanan kepada Allah ﷻ menjadikan kita semua satu kesatuan. Luka mereka adalah luka kita, darah mereka adalah darah kita.

Sehingga jika rasa kepedulian itu tidak muncul dalam hati, maka sudah sepantasnya kita bertanya pada diri sendiri, sudah benarkah keimanan kita kepada Allah ﷻ?

Masjid Al-Aqsha Adalah Masjid Suci Umat Islam

Wilayah yang hari ini ingin direbut oleh penjajah Yahudi Zionis dari bangsa Palestina adalah wilayah yang di dalamnya terdapat tanah suci umat Islam, yaitu Baitul Maqdis. Allah ﷻ sesungguhnya mencintai dan memilih dari makhluk-Nya apa saja yang Dia kehendaki, mulai dari Rasul, Nabi, negeri-negeri, dan tempat-tempat suci di dunia ini.

Dan dari tempat-tempat yang ada di dunia ini ada salah satu tempat yang telah Allah sucikan, agungkan, dan muliakan.

Tempat itu adalah Masjidil Aqsa yang disucikan dan diberkahi oleh-Nya. Masjidil Aqsa adalah warisan para Nabi kepada umat Rasulullah ﷺ yang mendiami hati setiap Muslim. Allah ﷻ telah berfirman di dalam Al-Qur’an dengan kalimat yang menunjukkan keberkahan tanah tersebut dan segala yang ada di sekitarnya sehingga berkahnya meluas dalam urusan agama dan dunia.

Di tanah suci itu Rasulullah ﷺ diangkat oleh Allah ﷻ untuk menerima secara langsung perintah shalat. Setelah menerima perintah shalat, Rasulullah ﷺ dan para Sahabat kemudian menegakkannya dengan berkiblat pada Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama kaum muslimin selama kurang lebih 17 bulan.

Barulah ketika ayat yang memerintahkan untuk berkiblat kepada Masjid Al-Haram turun, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 144, Rasulullah ﷺ dan para Sahabat berpindah arah kiblat dari Baitul Maqdis. Itu lah tempat suci umat Islam yang telah disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Juga sabda Nabi Muhammad ﷺ

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِي هَذَا، وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Jangan bepergian jauh kecuali ke tiga masjid, yaitu masjidku ini (Masjid An-Nabawi), Masjid Al-Haram, dan Masjid Al-Aqsha.” (HR. Al-Bukhari: 1189)

Baitul Maqdis dan tempat-tempat suci di dalamnya, seperti Masjid Al-Aqsha, memiliki tempat yang tinggi di hati kaum muslimin. Tanah itu adalah bagian dari warisan  para Nabi dan Rasul yang diserahkan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ.

Meski berbagai zaman dan peradaban silih berganti menempatinya, Baitul Maqdis kemudian sepenuhnya dimiliki oleh umat Nabi Muhammad ketika Kaisar Romawi menyerahkannya kepada Khalifah Umar bin Khattab, lima belas tahun setelah Hijrah.

Ketika memasuki pelataran Masjid Al-Aqsha Umar bin Khattab berseru, “Demi Allah. Inilah masjid Nabi Daud ‘alaihissalam, Rasulullah ﷺ telah mengabarkan kepada kami bahwa di sinilah beliau di-Isra-kan.”

Setelah berpuluh tahun dimiliki oleh kaum muslimin, para penjajah kembali menguasai tanah suci itu hingga kemudian Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berjuang dan berhasil membebaskannya kembali ke pangkuan umat Islam.

Namun hari ini, penjajahan itu sekali lagi menimpa kaum muslimin. Yahudi Zionis Israel terus berusaha menghabisi dan mengusir kaum muslimin yang menempati tanah Palestina. Mereka ingin merebut Baitul Maqdis yang diklaim milik orang-orang Yahudi. Klaim itu tentu batal dan tertolak sebab Allah ﷻ telah menyebutkan bahwa bumi dan tanah suci yang ada di dalamnya adalah milik orang-orang saleh.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 105

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ

“Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”

Asy-Sya’bi menyebutkan bahwa maksud dari “al-ardhu atau bumi” dalam ayat tersebut adalah tanah suci (termasuk Baitul Maqdis) yang akan diwarisi oleh orang yang saleh.

Umat Islam adalah pewaris sejati dari setiap hukum ilahi sebelumnya, dan kita lebih berhak dalam mengikuti setiap syariat dari para Nabi dan Rasul yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Ketika datang ke Kota Madinah,  Nabi ﷺ bertemu dengan orang Yahudi yang sedang berpuasa pada hari ‘Asyura dan mengatakan bahwa itu adalah hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta menghancurkan Fir’aun dan kaumnya. Nabi ﷺ kemudian bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian,” dan kemudian Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa juga. (HR. Al-Bukhari: 2004)

Ya Allah, kembalikanlah Al-Aqsha kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami kesempatan untuk beribadah di sana sebelum kami meninggal.

Yahudi Adalah Kaum Yang Dilaknat Allah

Yahudi Bani Israel adalah kaum yang banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan sifat-sifat yang zalim, suka menyembunyikan kebenaran, kerap berbuat kerusakan, hobi mengobarkan api peperangan, bahkan disebutkan bahwa mereka adalah kaum yang tega membunuh para Nabi dan Rasul.

Sifat-sifat yang termaktub dalam Al-Qur’an tersebut, telah mendarah daging dalam diri umat Yahudi Zionis Israel yang kini menjajah negeri Palestina. Yahudi Zionis Israel dengan terang-terangan menunjukkan kekejaman dan kebengisannya pada semua kalangan rakyat Palestina. Tua, muda, wanita, hingga anak-anak, mereka tak luput dari serangan dan amukan tentara Israel.

Di dalam Al-Qur’an, terdapat kurang lebih dua puluh dua sifat Yahudi Bani Israel yang telah Allah ﷻ firmankan dan mereka adalah kaum yang dilaknat oleh Allah ﷻ sebagaimana firman-Nya

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (QS. Al-Maidah: 78)

Juga firman-Nya,

ۚ…وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ ۚ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا ۘ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ

“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu’, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 64)

Dari seluruh sifat buruk tersebut maka tidak mengherankan jika solusi berdamai tidak pernah akan mereka terima dan penjajahan akan terus dilakukan hingga kaum muslimin terusir dari tanah Palestina. Oleh sebab itu, dengan segenap daya dan upaya yang bisa kita lakukan, mari tunjukkan simpati dan kepedulian terhadap sesama kaum beriman.

Tiga hal tersebut kiranya cukup menjadi alasan untuk berdiri berjuang di barisan rakyat Palestina. Pertama, karena mereka adalah saudara seiman kita. Kedua, karena tanah air mereka adalah tempat suci milik umat Islam. Ketiga, karena Yahudi Zionis Israel adalah penjajah dan kaum yang dilaknat oleh Allah ﷻ sehingga sungguh mengherankan jika kita masih salah untuk memihak.

Mari kita bantu kaum muslimin di Palestina dengan harta, tenaga, waktu, dan tentu saja doa kita kepada Allah ﷻ. Mari terus suarakan kebenaran dengan cara yang baik untuk melawan propaganda dan kebohongan yang dibuat oleh para penjajah dan pendukungnya.

Semoga Allah ﷻ menolong kaum muslimin yang terzalimi dan memasukkan kita semua ke dalam golongan yang mendapat ampunan serta ridha dari-Nya.

 

 

Sumber: Kutipan Ulasan Dakwah Materi Khutbah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *