Opini  

Budaya Prokrastinasi Mahasiswa: Kebiasaan Buruk atau Strategi Bertahan dalam Menghadapi Tekanan Akademik

Budaya Prokrastinasi Mahasiswa: Kebiasaan Buruk atau Strategi Bertahan dalam Menghadapi Tekanan Akademik

Oleh : Mhd. Rizki Firnanda Damanik Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh

kabarnusa24.com. || Prokrastinasi, sebuah fenomena yang familiar di kalangan mahasiswa. Bagaimana tidak, di tengah tuntutan akademik yang tinggi, jadwal yang padat dengan tugas-tugas yang menumpuk, ujian yang menanti, dan lain-lainnya. Prokrastinasi, kegiatan menunda-nunda yang seharusnya dilakukan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa. Sebagian besar melihatnya sebagai kebiasaan buruk yang merugikan, sementara yang lain menganggapnya sebagai strategi bertahan dalam menghadapi tekanan akademik yang besar. Dalam diskusi ini, akan diuraikan berbagai sudut pandang mengenai budaya prokrastinasi mahasiswa, dampaknya, serta apakah itu sebenarnya kebiasaan buruk ataukah sebuah respons adaptif terhadap tuntutan akademik modern.

Mengapa Prokrastinasi Terjadi?

Prokrastinasi dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara internal, mahasiswa mungkin mengalami kurangnya motivasi, rasa takut akan kegagalan, atau bahkan kecemasan yang berkaitan dengan tugas yang sulit. Faktor eksternal seperti gangguan dari media sosial, teman sebaya, atau perasaan kewalahan oleh tugas-tugas yang menumpuk juga dapat memicu perilaku prokrastinasi.

Prokrastinasi: Sebuah Fenomena yang Umum

Prokrastinasi, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai penundaan atau menunda suatu pekerjaan atau tugas yang harusnya dilakukan. Dalam lingkungan akademik, mahasiswa sering kali merasa terjebak dalam siklus prokrastinasi, terutama ketika dihadapkan pada tugas-tugas besar, ujian, atau presentasi. Hal ini bisa jadi karena banyak faktor, seperti rasa takut akan kegagalan, kelelahan, kurangnya motivasi, atau bahkan hanya karena menikmati sensasi menyelesaikan sesuatu di menit terakhir.

Kebiasaan Buruk yang Merugikan

Pertama-tama, mari kita bahas mengapa prokrastinasi sering dianggap sebagai kebiasaan buruk. Prokrastinasi dapat mengakibatkan dampak negatif yang signifikan pada kinerja akademik dan kesejahteraan mahasiswa. Ketika tugas atau proyek ditunda-tunda, kualitas pekerjaan cenderung menurun karena kurangnya waktu untuk merenungkan, merevisi, atau menyempurnakan hasil. Hal ini dapat mengarah pada nilai yang rendah, stres yang meningkat, dan penurunan kepercayaan diri.

Selain itu, prokrastinasi juga mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mahasiswa. Menumpuknya tugas-tugas yang ditunda dapat menciptakan tekanan dan kecemasan yang berlebihan, memicu stres kronis yang dapat mengganggu tidur, pola makan, dan kesehatan secara keseluruhan. Dalam jangka panjang, prokrastinasi dapat menjadi pola perilaku yang sulit diubah. Memengaruhi produktivitas di tempat kerja, serta keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi.

 

1. Penurunan Produktivitas

Menunda-nunda pekerjaan mengakibatkan waktu yang terbuang dan berkurangnya efisiensi dalam menyelesaikan tugas. Mahasiswa dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengatasi stres dan kecemasan karena prokrastinasi daripada benar-benar menyelesaikan tugas.

 

2. Kualitas Pekerjaan yang Kurang

Ketika tugas dikerjakan dengan tergesa-gesa di saat-saat akhir, kualitasnya sering kali menderita. Ini bisa berarti penurunan nilai atau hasil yang tidak sesuai dengan potensi mahasiswa.

3. Stres dan Kecemasan

Prokrastinasi sering kali menghasilkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan. Mahasiswa menjadi khawatir karena mereka merasa tidak siap menghadapi tugas yang menumpuk.

4. Merasa Bersalah

Setelah menunda-menunda pekerjaan, mahasiswa sering kali merasa bersalah karena telah membuang waktu dan tidak melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas.

Strategi Bertahan dalam Menghadapi Tekanan Akademik

Namun, di sisi lain ada argument yang menyatakan bahwa prokrastinasi juga bisa dianggap sebagai strategi bertahan dalam menghadapi tekanan akademik yang besar. Mahasiswa sering kali memiliki beban tugas yang berat dari kuliah seperti tugas, ujian, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Dalam situasi di mana waktu terasa terbatas dan tekanan begitu besar, prokrastinasi bisa jadi cara untuk mengatasi beban tersebut.

Beberapa mahasiswa mungkin merasa mereka berkinerja lebih baik di bawah tekanan, sehingga menunda pekerjaan hingga mendekati deadline justru membuat mereka lebih fokus dan produktif. Strategi ini bisa dilihat sebagai cara untuk memaksimalkan efisiensi saat waktu benar-benar mepet. Selain itu, bagi beberapa individu, prokrastinasi memberikan perasaan “ruang” untuk melakukan hal-hal lain yang dianggap penting, seperti aktivitas sosial, olahraga, atau refleksi diri.

Beberapa orang melihat prokrastinasi sebagai strategi bertahan yang efektif dalam menghadapi tekanan akademik yang tinggi. Mari kita lihat beberapa alasan mengapa prokrastinasi bisa menjadi strategi bertahan:

 

1. Mengatasi Overwhelm

Di tengah beban tugas yang tinggi, prokrastinasi bisa menjadi cara untuk memberikan diri sedikit “napas” sejenak sebelum akhirnya fokus pada pekerjaan. Ini memberikan waktu untuk merenungkan tugas dan menenangkan pikiran sebelum memulai.

 

2. Meningkatkan Kreativitas

Beberapa orang menemukan bahwa ide-ide terbaik sering kali muncul ketika mereka sedang menunda-nunda pekerjaan. Dengan memberikan diri waktu untuk “merenung”, mahasiswa bisa menghasilkan solusi atau pendekatan baru untuk tugas mereka.

 

3. Menyeimbangkan Kehidupan

Prokrastinasi juga bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan kehidupan sosial. Mahasiswa tidak selalu harus “on” sepanjang waktu, dan prokrastinasi bisa menjadi waktu untuk menikmati kegiatan lain yang mereka sukai.

 

4. Menyelesaikan Tugas dengan Lebih Baik

Sebagian orang percaya bahwa mereka bekerja lebih baik di bawah tekanan. Dengan menunda-nunda tugas, mereka mungkin mampu menghasilkan karya yang lebih kreatif atau mendalam di saat-saat akhir.

Resistensi terhadap Standar yang Tidak Realistis

Pernahkah anda merasa terbebani oleh standar atau ekspektasi yang dianggap tidak realistis. Dalam lingkungan akademik yang kompetitif, mahasiswa sering kali merasa tertekan untuk mencapai kesempurnaan. Prokrastinasi bisa menjadi cara untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap standar tersebut. Dengan menunda-nunda tugas, kita mungkin sedang memberikan pesan kepada diri sendiri bahwa kita tidak akan terjebak dalam tekanan untuk mencapai kesempurnaan yang tidak realistis.

Menemukan Keseimbangan yang Sehat

Pentingnya menemukan keseimbangan yang sehat antara menghindari prokrastinasi berlebihan dan memanfaatkan waktu dengan bijak sangatlah penting. Ada beberapa strategi yang dapat membantu mahasiswa mengelola prokrastinasi tanpa harus mengorbankan kinerja akademik atau kesejahteraan mereka:

 

1. Pembagian Waktu dan Perencanaan

a. Membuat jadwal yang teratur dengan batas waktu untuk setiap tugas.

b. Memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola.

2. Mengenal Diri Sendiri

a. Memahami kapan waktu paling produktif untuk belajar atau mengerjakan tugas.

b. Mengenali tanda-tanda prokrastinasi dan mengambil langkah untuk mengatasi sebelum menjadi masalah.

3. Belajar Mengelola Stres

a. Menyediakan waktu untuk relaksasi, meditasi, atau olahraga sebagai cara mengurangi stres.

b. Menggunakan teknik-teknik seperti mindfulness untuk tetap fokus dan terkonsentrasi.

4. Meminta bantuan

a. Menghubungi dosen atau teman jika mengalami kesulitan dalam tugas.

b. Mencari bimbingan atau konseling jika prokrastinasi terasa menghambat.

Dalam konteks budaya prokrastinasi mahasiswa, ada dua sudut pandang yang saling bertentangan: kebiasaan buruk versus strategi bertahan. Meskipun prokrastinasi dapat memberikan dorongan produktivitas bagi beberapa individu dalam menghadapi tekanan akademik, tidak dapat diabaikan bahwa dampak negatifnya juga sangat signifikan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menemukan keseimbangan yang tepat, mengelola waktu dengan bijak, dan mengembangkan strategi untuk mengatasi prokrastinasi ketika diperlukan. Dengan demikian, budaya prokrastinasi dapat dikelola dengan efektif, sehingga mahasiswa dapat mencapai potensi akademik mereka sambil menjaga kesehatan dan keseimbangan dalam kehidupan mereka.

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *