Bisnis  

Saham Jangka Panjang Untuk Seumur Hidup

Saham Jangka Panjang Untuk Seumur Hidup
Sumber Foto : Ilustrasi Pinterest

Kabarnusa24.com – Beberapa kriteria Saham Jangka Panjang untuk Seumur Hidup menurut Felicia Putri Tjiasaka.

1. Maintain high barrier of entry

Perusahaan ini biasanya market leader yang punya ekonomi moat / sesuatu yang bikin dia beda dan kuat. Biasanya ini industry yang memerlukan tingkat trust yang tinggi terhadap suatu brand sehingga bikin pendatang baru susah untuk berkembang.

2. Compounding & sustainable growth

Karena halangan bagi pemain baru tinggi, market leader yang sekarang bisa menguasai sebagaian besar market dan menjaga tingkat pertumbuhannya. Idealnya growth perusahaan yang bagus lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional juga pertumbuhan rata-rata industrinya.

3. Sustainableprofitability

Growth yang dibahas di poin kedua memang penting, tapi kalau tidak bisa dikonversikan jadi keuntungan pun akhirnya sia-sia. Perusahaan harus punya rencana monetisasi yang jelas dan bisa make money sembari menjaga tingkat pertumbuhannya.

Berikut saham jangka Panjang untuk seumur hidup menurut Felicia Putri Tjiasaka

1. Pertama BCA atau BRI

Alasan utamanya karena dari barrier of entry. Mereka adalah market cap terbesar pertama dan kedua di Indonesia. Sudah berdiri puluhan taun jadi punya trust dari customer yang tinggi. Apalagi sektor keuangan di mana kita akan taruh uang hasil kerja keras kita dan nabung untuk berpuluh-puluh tahun kedepan sangat membutuhkan kepercayaan brand yang tinggi. Selain itu, BRI juga bank pemerintah terbesar dalam sector keuangan sangat penting dalam mendorong perekonomian negara. Jadi apapun yang terjadi pada bri besar kemungkinan pemerintah akan membantu. Oleh karena itu proyek-proyek pemerintah seperti penyaluran bantuan social, pendanaan infrastuktur, dan lainnya kadang diberikan langsung ke bank- bank BUMN dan salah satunya adalah BRI.

Alasan kedua adalah dari tingkat pertumbuhannya. Kalau dilihat data presentase household debt to GDP ratio yang mencerminkan seberapa banyak hutang rumah tangga di Indonesia. Ini masih super rendah angkanya Cuma 17,2% dibandingkan dengan China 62%, US 78% dan Thailand 90%. Oleh karena itu pertumbuhan kredit di Indonesia kedepannya masih super besar.

Alasan ketiga, adalah profitability

Kalau dilihat kedua perbankan ini cenderung defensif, saat krisis 2020 kemarin, penurunan nilai saham mereka tidak sedalam disbanding yang lain. Dan apabila dilihat mereka juga cepat bangkit. Dan diprediksi akan membukukan all time high earnings atau laba di tahun 2022. Selain itu kita coba lihat track record sahamnya 1,5 , 10 dan 20 tahun terakhir. Bca dalam 1 tahun terakhir returnnya 26% dalam 5 tahun terakhir returnnya rata-rata 17,6% setiap tahunnya, dalam 10 tahun terakhir 17,6% setiap tahunnya. Dalam 20 tahun terakhir sebenarnya belum ada karena BCA IPO di tahun 2004. Dari sejak IPO, CAGR atau pertumbuhan saham BCA setiap tahunnya rata-rata 23%. Ini tergolong cukup tinggi dimana artinya BCA IPO sampai sekarang kita dapat rata-rata return 23% setiap tahunnya. BRI returnnya 17,9%, dalam 5 tahun, rata-rata returnnya per tahunnya 11,7%. Dalam 10 tahun 14,1% per tahunnya. Dalam 20 tahun juga belum ada karena BRI IPO 2003 dimana sejak IPO, CAGR atau pertumbuhan saham setiap tahunnya itu rata-rata 21%.

Resiko dari BCA atau BRI

Pertama, persaingan dengan bank digital dan fintech yang memberi benefit luar biasa kepada customer. Lewat promo, cashback dan diskon. Serta berkembangnya teknologi blockchain yang sangat disruptif bisa jadi ancaman untuk BCA dan BRI di masa depan.

 

Kedua, karena BRI Bank pemerintah yang tujuannya bukan hanya mencari keuntungan tapi juga melayani masyarakat. Maka ada kalanya keputusan pemerintah bisa jadi sedikit merugikan profitabilitas BRI. Misal diminta memberi pinjaman kepada UMKM dengan bunga yang rendah.

2. Sido atau Telkom

Telkom adalah market Cap terbesar ketiga di Indonesia dan juga produk yang juga sudah puluhan tahun dan milik pemerintah. Telok sebagai satu-satunya perusahaan telekomunikasi BUMN dan didukung dengan profil keuangan yang bagus bakal bisa menguasai sebagian besar market Indonesia.

Dari segi growth kita tahu sekarang eranya content is king. Arah format mengarah ke video format entah yang pendek-pendek seperti tik-tok, reels, atau short ataupun yang Panjang. Sector-sektor online seperti e-sport meeting dan working online semua semakin butuh support jaringan internet yang kuat. Inilah yang akan terus membantu pertumbuhan Telkom kedepannya.

Sido dengan Tolak Angin berhasil menguasai 70% market share di Indonesia. Mereka juga go Internasional dan ekspor menyumbang kontribusi besar terhadap penjualannya.

3. Beli ETF ( Indeks)

Salah satu ETF pertama itu XIIT yang dikeluarkan oleh IndoPremier Asset Management. Dimana benchmarknya adalah IDX30. 30 saham terbesar di IHGS. Tapi kekurangannya di Indonesia, ETF belum terlalu mainstream jadi liquidity nya masih kurang, kalau mau beli atau jual banyak bisa jadi agak susah.

Resiko kalau mau jual dan beli banyak sedikit susah karena tidak ada barangnya di market. Selain resiko itu untuk ETF dan reksadana indeks yang sudah mengikuti gerak IHGS resiko saham individual atau resiko non-sistematisnya lumayan kecil. Jadi tidak ada cerita CEO korupsi atau perusahaannya bangkrut. Jadi intinya dipasrahkan dan dipercayakan dengan IHSH dan Indonesia akan terus bertumbuh dalam jangka waktu Panjang.

Sumber : YouTube Felicia Putri Tjiasaka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *